Kebiasaan Mengantarkanku Bersama Almamaterku
Oleh: Tyas
Arifianti
Dulunya aku tak pernah menyangka jika dari kebiasaan
ini mengantarkanku sampai di tingkat Kabupaten. Semuanya berawal dari aku yang
senang sekali dengan bernyanyi. Masih terekam dengan jelas dalam memoriku, di
mana dulu aku yang selalu bernyanyi setiap kali pulang dari sekolah Taman-Taman
Kanak (TK). Apa yang diajarkan oleh Bu guru mengenai lagu-lagu selalu aku ulang
ketika pulang sekolah. Bisa dibilang bernyanyi adalah pengantar sebelum aku
tidur. Lagu yang saat itu aku nyanyikan adalah Pesawat Jet, Satu-Satu Aku
Sayang Ibu, Sayonara, Bintang Kecil dan masih banyak lagi lagu-lagu yang aku
nyanyikan. Bahkan Ibu sampai saat ini msaih ingat kebiasaanku yang satu ini. Hal
yang mudah bagiku untuk menghafal lirik-lirik lagu, bahkan lagu-lagu dangdut
yang dulu sering Bapak putar masih terekam jelas dipikiranku.
Kebiasaan
bernyanyi dan menghafal lirik lagu dengan mudah itulah terbawa sampai aku duduk
di bangku Sekolah Dasar (SD). Kenangan itu tak akan pernah bisa aku lupakan,
aku salah satu diantara ratusan siswa di sekolahku yang terpilih utnuk mewakili
sekolah dalam kegiatan POPDA (Pekan Olahraga Pelajar Daerah). Di mana dalam
kegiatan tersebut ada lomba paduan suara. Jangankan untuk bermimpi menjadi
bintang kelas, berkhayal mewakili sekolah mengikuti ajang perlombaan saja
tidak. Mungkin saat itu aku sedang ketiban
ndaru dalam istilah Jawa yang
artinya ketiban rejeki, dan rejeki itupun tak amu aku sia-siakan. Bersama teman-teman
dan adik-adik kelas V yang terpilih mengikuti lomba paduan suara, aku berlatih
bernyanyi setiap istirahat dan dilanjut sore sampai menjelang maghrib. Lagu yang
aku nyanyikan untuk paduan suara sampai saat ini bahkan masih teringat begitu
jelas, meski umurku sudah 20 tahun, kurang lebih liriknya seperti ini “Ya pra
kanca dolanan neng njaba, padhang bulan padhange kaya rina. Rembulane sing
ngawe-awe, ngelingake aja padha turu sore.” Sungguh bahagia, bahkan aku yang
saat itu masih duduk di bangku Sekolah Dasar kelas VI, yang masih dainggap
Bapak dan Ibu, anak baru kemarin sore, diberikan kesempatan untuk menginap di
rumah guruku. Sebut saja Bu Titik, cantik parasnya, merdu suaranya, bersahaja
orangnya. Semalam aku, teman-teman dan adik-adik diberi kesempatan untuk
menginap untuk memantapkan vokal kami sebelum menjelang hari H.
Bahagia
bukan kepalan, aku siswa SD sudah bisa jauh dari orang tua, demi mewujudkan
sebuah impian. Pagi itu aku bersama teman beranjak pergi meninggalkan kediaman
Bu Titik, tak lupa seblum meninggalkan kediaman Beliau, aku dan teman-teman
berpamitan dengan keluarga Bu Titik, rasa terima kasih juga tak lupa
disampaikan. Padepokan yang indah, arsitektur jaman dulu sekali, masih
menggunakan kayu, bangunannya. Sampailah aku dan teman-teman di tempat
perlombaan, ramai sekali pagi itu. Terlihat sekolah lain sudah menyiapkan
matang-matang dalam perlombaan paduan suara pagi itu. Mengambil undian sebelum
pentas, itu adalah salah satu dari persyaratan mengikuti paduan suara. Duduk berjejeran
bersama teman-teman menikmati suasana dalam ruangan. Tak perlu lama menunggu
giliran untuk tampil, karena sekolahku mendapat nomor undian tidak terlalu awal
juga tidak terlalu akhir. Harap-harap cemas, keringat dingin mulai bertetesan.
Jantung berdegup begitu kencangnya, melebihi suara drum. Akhirnya yang dinanti datang juga sekolahku SD N Karangsari 3
sekarang yang mendapat kesempatan untuk menampilkan paduan suara. Aku bersama
teman-teman dan adik-adik saling menenangkan diri, tak lupa sebelum
melangkahkan kaki ke panggung terlebih dahulu doa yang baik-baik, kami
panjatkan kepada Tuhan. Melangkahkan kaki dengan penuh kemantapan, berurutan
aku dan teman menaiki panggung. Ribuan mata penonton kini melihat kami di atas
panggung. Ku hirup napas panjang-panjang dan lagu dolanan yang pertama kami
nyanyikan tidak terlalu bruruk. Disusul dengan lagu kedua, kurang lebih
liriknya seperti ini “ku lihat bunga melati, di taman indah berseri. Berkembang
harum mewangi, perlambang kasih nan suci.” Aku menikmati suasana yang ada di
ruang perlombaan pagi itu, dengan penuh semangat ku nyanyikan dualagu tadi. Sebagai
akhir pementasan, tak lupa senyum simetris aku dan teman-temanku berikan kepada
penonton.
Mendapat
pengalaman, serta teman baru tentunya tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Dalam
hati tak henti-hentinya ku ucapkan kepada Sang Khalik. Karenanya aku bisa
berada di ruangan ini dan mempunyai teman-teman baru dari sekolah lain. Banyak hal
yang aku dapatkan dari teman-teman baruku, ilmu serta pengalaman-pengalamn baru.
Sampai tak terasa waktu yang ku gunakan untuk menunggu hasil pengumuman
pemenang perlombaan begitu cepat rasanya. Rasa cemas itu seketika datang lagi,
panas dingin mulai menjalar di tubuh ini. Butiran bening dari kepalaku, satu
persatu jatuh memsahi pipiku. Kini juara kedua sudah dimumkan dan hasilnya
bukan sekolahku yang menempatinya. Disusul dengan juara satu bukan sekolahku
juga ternyata yang menempati posisi itu. Sempat menyerah dan mempunyai pikiran “pasti
kalah”, namun pikiran itu seketika menghilang teringat Bapak Ibu guru di
sekolah menaruh harapan besar di perlombaan paduan suara kali ini. Optimis untuk
meraih juara, kini mulai muncul lagi. Dalam hati penuh harap dan tak lupa doa
terus ku panjatkan. Setelah beberapa menit menunggu, juara ketiga mulai
diumumkan dan sungguh tak terduga apa yang aku katakan tadi menjadi kenyataan,
jika sekolahku harus menerima kekalahan. Sedih, kecewa, marah semua perasaan
itu campur aduk menjadi satu. Namun sosok Bu Titik dengan penuh kehangatan itu
datang menghampiriku bersama teman-teman dan adik-adik. Tak terlihat raut wajah
marah, kecewa ataupun jengkel dari Bu Titik. Beliau justru memberikan selamat
kepada kami, sambil berkata “kalah menang itu hal yang biasa dalam sebuah
perlombaan. Kalian semua hebat telah membawa almamater SD Negeri Karangsari 3,
di tingkat Kabupaten untuk lomba paduan suara. Mungkin kali ini kalian belum
jadi pemenang, tapi kalian telah menjadi pemenang dalam diri kalian sendiri. Karena
kalian berhasil menunjukkan kepada semua orang jika kalian mempunyai kualitas,
bukan hanya kuantitas, anak-anakku.” Sungguh hebat sekali guruku yang satu ini,
kata-kata indahnya membuatku dan teman-teman kembali lagi tersenyum. Aku memang
oulang dengan tangan hampa, tapi aku pulang membawa banyak cerita, ilmu dan
pengalaman baru yang jarang-jarang didapatkan oleh anak-anak Sekolah Dasar
lainnya.
So,
kemampuan apapun yang kita miliki, jika kita memiliki niatan yang sungguh untuk
mendalaminya, apa yang kita inginkan pasti akan terwujud. Bukan yang tajam,
pintar, cerdas ataupun hebat, tapi yang bersungguh-sungguh itulah yang membawa
hasil positif. Seperti aku ini contohnya, dari kebiasaan bernyanyi
mengantarkanku bersama almamaterku dalam perlombaan paduan suara tingkat
Kabupaten.